Burung Anqa
Burung mitos ini dikaitkan dengan kisah kaum Rass yang diazab Tuhan. Kaum Rass ini bukan mitos, karena tertulis dalam firman Tuhan, namun kisah burung ini mungkin hanyalah cerita karangan belaka, wallahualam.As-Sadi mengatakan, Penduduk Rass adalah sisa-sisa kaum Tsamud. Mereka adalah penduduk sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi yang keduanya diceritakan oleh Allah di dalam al-Quran. As-Sadi mengatakan bahwa sumur yang ditinggalkan terletak di tanah Aden. Penduduk kota tersebut mengambil air dari sana siang dan malam. Di sumur terdapat tujuh puluh kerekan dengan tujuh puluh embernya serta beberapa lelaki yang dipercayakan mengurusinya. Di dekat sumur tersebut ada penampungan air yang dipakai untuk pemandian.
Ketika penduduk daerah itu menyembah berhala sisa-sisa kaum Tsamud, Allah mengutus kepada mereka seorang nabi yang bernama Hanzhalah bin Shafwan. Nabi tersebut mengajak mereka untuk mengesakan Allah, tetapi mereka tidak menyambutnya. Karena dia kukuh mengajak mereka mengesakan Allah, mereka membunuhnya dan lalu melemparkan mayat nabi tersebut ke dalam sumur itu. Setelah mereka lemparkan nabi itu, air di sumur tersebut menghilang merembes ke dalam tanah sehingga penduduknya banyak yang binasa karena kehausan. Binatang-binatang pun binasa karena di sana tidak ada air selain sumur itu, maka Allah menyebutnya sumur yang ditinggalkan.
Yang dimaksud dengan Qashr Masyid (istana yang tinggi) adalah gedung yang telah dibangun oleh Syadad bin ‘Ad di tanah Aden. Gedung tersebut sangat kukuh. Ketika tahun demi tahun berlalu, gedung tersebut dikuasai oleh jin sehingga tidak ada seorang pun manusia yang mampu mendekati sampai satu mil ke gedung tersebut karena di sana terdengar suara-suara jin dan kegaduhan mereka siang dan malam. Al-Kisa’i mengatakan bahwa Penduduk Rass menetap di tanah Hadhramaut dan kota mereka dinamakan dengan Rass. Kota tersebut memiliki berbagai pepohonan, buah-buahan, dan kampung-kampung yang makmur. Di sana, tinggal beberapa kelompok dari Penduduk Rass yang menyembah berhala dan kelompok yang menyembah api.
As-Sadi mengatakan, Allah membinasakan Penduduk Rass karena mereka menggauli wanita pada duburnya dan mereka tidak beriman kepada nabi mereka, Hanzhalah bin Shafwan. Setelah kekufuran dan kesesatan mereka bertambah-tambah, Jibril berteriak kepada mereka dengan sekali teriakan sehingga mereka berubah menjadi batu hitam, begitu juga barang-barang dan binatang ternak mereka. As-Sadi menambahkan bahwa setelah Dzul Qarnain mengelilingi berbagai negeri dan memasuki kota Rass, dia menemukan rajanya, penduduknya, wanitanya, anak-anaknya, hewan-hewannya, barang-barangnya, pepohonannya, dan buah-buahnya, semuanya menjadi batu hitam.
Al-Kisa’i mengatakan, di kota tersebut ada sebuah gunung tinggi yang bernama Gunung Falaj. Gunung tersebut dijadikan tempat berlindung oleh ‘Anqa’ yang sangat besar. Apabila binatang itu terbang, ia bisa menutupi matahari seperti layaknya awan. Lehernya seperti leher unta, memunyai empat sayap, dua panjang dan dua lagi pendek. Bulunya berwarna-warni, suka mengangkat kuda, unta, gajah yang mati, dan binatang yang lainnya dengan cakarnya dan membawanya ke gunung tempat berdiamnya.
Atas: Magpie ('Aq'aq), dan bawah: Burung Ajaib (' Anqa), dari buku Aja'ib al-makhluqat (Keajaiban Penciptaan) oleh al-Qazvini awal abad 15. |
Sebagian orang Arab mengingkari keberadaan binatang bernama ‘Anqa’ ini. Menurutnya, itu hanyalah sebuah cerita yang dikarang oleh orang-orang Arab. Dalam hal ini ada sebuah syair:
Aku telah belajar banyak dari anak-anak zaman.
Mereka tidak bisa dijadikan sahabat,
tetapi aku mesti bisa memilih-milih kesempatan.
Akhirnya, aku tahu bahwa yang mustahil itu ada tiga,
raksasa, ‘Anqa’, dan sahabat yang sempurna.
Burung Anqa merupakan burung misterius dari mitologi Arab, begitu misteriusnya sehingga hanya ada sangat sedikit informasi tentang mitos itu sendiri (beberapa ayat dari penyair seperti Hafiz dan Ghalib). Namun, burung Anqa dianggap sangat mirip dengan burung mitologi Persia yang dikenal sebagai Simurgh.
Simurgh
Simurgh adalah burung, raksasa dengan kepala anjing atau kadang-kadang kepala pria dan cakar singa. Hampir semua segel kuno Persia membawa Simurgh sebagai simbol. Cerita berlanjut bahwa Simurgh hidupnya begitu lama sehingga dia menyaksikan kehancuran dunia tiga kali. Dan karena hidupnya yang begitu lama, sehingga pengalaman hidupnya begitu banyak, Simurgh dikatakan memiliki pengetahuan yang sangat besar dan kebijaksanaan.
Dalam puisi epik Syaikh Farid ud din Attar, yang berjudul "Konferensi para Burung" (Cerita selengkapnya bisa dibaca di bawah), para burung berkumpul untuk pergi mencari burung besar raja dari semua burung - Simurgh. Selama perjalanan banyak rintangan yang mereka hadapi dan hanya 30 burung yang selamat mencapai tempat tujuan, yaitu sebuah danau tapi mereka tidak menemukan Simurgh, meskipun mereka telah mencarinya disana. Sebaliknya mereka melihat bayangan diri mereka di Danau dan menyadari bahwa apa yang mereka cari ternyata ada dalam diri mereka sendiri. Kebersamaan/persatuan untuk membentuk Simurgh. Kata Persia "Simurgh" secara harfiah berarti "tiga puluh burung."
Roc
Roc (atau Rukh) juga dari mitologi Persia tetapi meluas ke dalam mitologi Arab. Roc ini mungkin berakar dalam legenda Simurgh. Roc merupakan burung pemangsa yang sangat besar berwarna putih. Roc mampu membawa terbang seekor gajah dan paus di cakar nya. Burung ini terkenal dalam kisah Sinbad di dongeng 1001 malam. Roc dipopulerkan di Barat oleh petualang Venesia, Marco Polo. Dia menulis:
Keseluruhannya seperti elang, kecuali ukurannya yang sangat besar, begitu besarnya sehingga panjang dan tebal bulunya dua belas kali panjang dan tebal proporsional. Dan burung itu begitu kuat sehingga ia sanggup mencengkeram gajah dengan cakarnya dan membawanya tinggi ke udara dan menjatuhkannya sehingga gajah hancur berkeping-keping, begitulah cara burung itu membunuh gajah, kemudian dia kembali mengambil bangkai gajah itu dan memakannya di waktu luang
Marco Polo, tentu saja, menggambarkan burung itu sebagai burung nyata yang benar-benar hidup dan menyatakan bahwa ia sendiri menyaksikannya. Tidak ada keraguan bahwa beberapa spesies elang atau raptor lainnya yang ada pada waktu itu telah punah. Beberapa fosil menunjukkan ada spesies elang raksasa yang bisa membawa terbang seekor lemur. Teori lain adalah bahwa dengan melihat burung unta dewasa memberi kesan bahwa burung unta adalah mirip seekor anak ayam dibandingkan dengan burung elang pemangsa raksasa yang mengerikan.
Meskipun kita tidak bisa mengatakan bahwa burung sebesar itu bisa saja ada, namun paling tidak, kita bisa setuju bahwa para pelaut banyak yang telah melihat hal-hal gila di dunia ini. Pada banyak kesempatan, mereka benar dan semua orang menyebut mereka gila. Ketika pelaut mengklaim mereka diserang oleh raksasa laut yang disebut Kraken tidak ada yang mempercayai mereka. Namun setelah cumi-cumi berukuran lebih dari 40-45 meter ditemukan dan perilaku cumi menunjukkan bahwa mereka akan menyerang kapal karena mereka sangat teritorial, maka orang-orang mulai mengetahui dan percaya bahwa pelaut-pelaut itu tidak bercanda tentang yang satu itu. Beberapa tahun yang lalu, sebuah potongan ditemukan di pantai di suatu tempat. Setelah beberapa penelitian diputuskan bahwa potongan itu milik gurita dan mempertimbangkan ukuran dari bagian itu, maka gurita akan memiliki panjang 90ft. ( hampir panjang paus biru!).
Phoenix
Mitos tentang Phoenix berasal dari mitologi Phoenicia adalah burung mitologi yang paling dikenal dan legendaris. Phoenix dikatakan burung indah dengan bulu cerah. Legenda yang tidak biasa dari Phoenix adalah sebelum Phoenix meninggal, ia membangun sarang dan meletakkan telur. Untuk menetaskan telur, Phoenix membuat dirinya menjadi api dan terbakar (bersama dengan sarang) menjadi abu. Dari abu, Phoenix baru muncul dan mengambil alih. Oleh karena itu, pada satu waktu tertentu, hanya ada satu burung Phoenix. Karakteristik lain dari Phoenix adalah bahwa burung itu hampir tak terkalahkan selama masa hidupnya.
Thunderbird
Thunderbird adalah makhluk legendaris dalam sejarah dan budaya masyarakat adat tertentu di Amerika Utara. Burung ini dianggap sebagai burung supernatural dari kekuasaan dan kekuatan, dan sering digambarkan dalam seni, lagu dan sejarah lisan dari banyak budaya pesisir barat laut Pasifik, dan ditemukan dalam berbagai bentuk diantara bangsa-bangsa barat daya amerika, Great Lakes, dan Great Plains.
Penamaan
Nama thunderbird berasal dari kepercayaan umum bahwa kepakan sayapnya yang sangat besar menyebabkan guntur dan mengaduk angin. Nama Lakota untuk thunderbird adalah Wakįyą, dari wakhą, yang berarti "suci", dan Kiya, yang berarti "bersayap". Suku Kwakwaka'wakw memiliki banyak nama untuk thunderbird, dan Nuu-Chah-nulth (Nootka) menyebutnya Kw-Uhnx-Wa. Kata Ojibwa untuk thunderbird yang terkait erat dengan guntur adalah animikii, sedangkan burung gemuruh besar dikenal sebagai binesi.
Penggambaran umum
Di banyak budaya asli Amerika Utara, thunderbird membawa banyak karakteristik yang sama. Burung ini digambarkan sebagai seekor burung besar, mampu menciptakan badai dan gemuruh saat terbang. Awan akan ditarik oleh kepak sayapnya, suara guntur pun tercipta oleh kepakan sayapnya, lembar kilat berkedip saat matanya berkedip, dan petir individu dibuat oleh ular bercahaya yang dibawanya terbang. Thunderbird digambarkan sebagai multi-warna, dengan dua tanduk melengkung, dan, seringkali, terdapat gigi dalam paruhnya.
Dalam sejarah lisan
Tergantung pada orang yang bercerita, thunderbird yang bersangkutan merupakan entitas tunggal atau spesies. Dalam kedua kasus, thunderbird digambarkan cerdas, kuat, dan pemarah.
The thunderbird tunggal (seperti pemikiran Nuu-Chah-nulth) dikatakan berada di puncak gunung, dan pelayan bagi Great Spirit (Roh Agung). Mereka juga mengatakan bahwa thunderbird yang mengendalikan hujan.
Thunderbirds jamak (seperti yang Kwakwaka'wakw dan suku Cowichan percaya) dapat berubah wujud menjadi bentuk manusia dengan merubah paruh mereka menjadi seperti topeng, dan dengan menghilangkan bulu-bulu mereka seolah-olah itu selimut bulu yang tertutup. Ada cerita dari thunderbirds dalam bentuk manusia menikah dengan keluarga manusia; beberapa keluarga mungkin menelusuri garis keturunan mereka untuk peristiwa semacam itu. Keluarga thunderbirds yang menutup diri tetapi memakai bentuk manusia dikatakan telah tinggal di sepanjang ujung utara Pulau Vancouver. Cerita berlanjut bahwa suku-suku lainnya segera melupakan asal usul salah satu keluarga thunderbird ini, dan ketika salah satu suku mencoba untuk membawa mereka sebagai budak, ia segera berubah menjadi thunderbirds dan melakukan pembalasan atas penculik mereka.
Orang Sioux percaya bahwa di "masa lalu" thunderbirds menghancurkan monster reptil berbahaya disebut Unktehila.
Suku Menomini, Utara Minnesota menceritakan sebuah gunung besar yang mengapung di langit barat yang menjadi tempat tinggal para thunderbirds. Mereka mengendalikan hujan dan hujan es dan kejayaan dalam pertempuran. Mereka adalah musuh dari ular bertanduk besar - Misikinubik - dan telah mencegah ular ini dari menduduki bumi dan melahap manusia. Mereka adalah utusan dari Matahari yang Agung (Great Sun).
Suku Anishinaabe, yang berbicara Ojibwa dan secara tradisional merupakan bagian dari Dewan Tiga Api, memiliki banyak cerita tentang thunderbirds. Selama upacara Sundance, sarang thunderbird diletakkan di dekat bagian atas pohon kehidupan. Para penari sering menghadapi sarang sambil menari, dan tangan dan lengan mereka mencapai ke arah sarang. Sebuah pipa thunderbird digunakan selama upacara, dan obat-obatan thunderbird disiapkan juga. Wilayah Thunder Bay, Ontario, juga terkait dengan cerita Anishinaabe dari thunderbirds.
Mitologi thunderbird sejajar dongeng burung Roc dari sekitar Samudera Hindia; seperti roc, thunderbird umumnya diasumsikan berdasarkan burung nyata (meskipun dilebih-lebihkan secara mitos) yaitu elang botak, yang sangat umum di Pantai Northwest.
Di antara suku Winnebagos, dikatakan bahwa seorang pria yang memiliki visi thunderbird selama bertapa akan menjadi panglima perang.
____________________________________________________________________________________________________
Konferensi para Burung
(Manthiq at-thayr karya Fariduddin Attar)
Dikisahkan, segala burung di dunia, yang dikenal atau tidak dikenal, datang berkumpul. Mereka sama-sama memiliki satu pertanyaan, siapakah raja mereka? Di antara mereka ada yang berkata, “Rasanya tak mungkin negeri dunia ini tidak memiliki raja. Maka rasanya mustahil bila kerajaan burung-burung tanpa penguasa! Jadi, kita semua memiliki Raja, ya, Raja.”
Semua burung tertegun, seperti ada keraguan yang mengawang-awang.
“Keadaan semacam ini tak bisa dibiarkan terus menerus. Hidup kita ini akan percuma bila sepanjang hayat kita, kita tidak pernah mengetahui, dan mengenal siapa Raja kita sesungguhnya.
Masing-masing dari mereka masih berfikir dan terdiam. Lalu kembali ada yang berteriak, “Lalu apa yang harus kita lakukan?”
“Tentu saja kita harus berusaha bersama-sama mencari seorang raja untuk kita semua; karena tidak ada negeri yang memiliki tatanan yang baik, tanpa seorang raja.· Mereka pun mulai berkumpul dan bersidang untuk memecahkan persoalan.
Burung Hudhud dengan semangat dan penuh rasa percaya diri, tampil ke depan dan menempatkan diri di tengah majelis burung-burung itu. Di dadanya tampak perhiasan yang melambangkan bahwa dia telah memiliki pancaran ruhaniah yang tinggi. Dan jambul di kepalanya tegak berdiri mahkota yang melambangkan keagungan dan kebenaran, dan dia juga memiliki pengetahuan luas tentang baik dan buruk.
Burung-burung sekalian, kata Hudhud, kita mempunyai raja sejati, ia tinggal jauh di balik gunung-gunung Qaf. Ribuan daratan dan lautan terbentang sepanjang perjalanan menuju tempatnya. Namanya Simurgh. Aku kenal raja itu dengan baik, tapi aku tak bisa terbang sendiri menemuinya. Bebaskan dirimu dari rasa malu, sombong, dan ingkar. Dia pasti akan melimpahkan cahaya bagi mereka yang sanggup melepaskan belenggu diri. Mereka yang demikian akan bebas dari baik dan buruk, karena berada di jalan kekasih-Nya. Sesungguhnya Dia dekat dengan kita, tapi kita jauh dari-Nya.
Dikisahkan, pada suatu malam sang Maharaja Simurgh terbang di kegelapan malam. Tiba-tiba jatuhlah sehelai bulunya yang membuat geger seluruh penduduk bumi. Begitu mempesonanya bulu Simurg hingga membuat tercengang dan terheran-heran. Semua penduduk gegap gempita ingin menyaksikan keindahan dan keelokannya. Dan dikatakan kepada mereka, “Andaikata sehelai bulu tersebut tidak jatuh, niscaya tidak akan ada makhluk yang bernama burung di muka bumi ini.”
Kemudian burung Hudhud melanjutkan pembicaraannya, bahwa untuk menggapai istana Simurg mereka harus bersatu, saling bekerja sama dan tidak boleh saling mendahului. Setelah mendengar cerita yang disampaikan oleh burung Hudhud, semua burung-burung bersemangat ingin sekali secepatnya pergi menghadap sang Maharaja Simurg. Namun, burung Hudhud menambahkan, bahwa perjalanan menuju istana Simurg tidak semudah yang dibayangkan, melainkan harus melewati ribuan rintangan dan guncangan dahsyat. Perjalanan juga sarat dengan penderitaan, kepedihan dan kesengsaraan.
“Apakah kalian sudah siap ?” kata burung Hudhud, menguji keseriusan mereka. Setelah mereka mendengarkan penjelasan bagaimana suka dukanya, pahit getirnya perjalanan menuju istana Simurg, ternyata semangat sebagian burung menjadi pudar dan turun.
Namun, di antara burung-burung, ada seekor burung Kenari yang memberanikan diri menyampaikan pendapatnya, “Aku adalah Imamul Asyiqin, imamnya orang-orang yang asyik dan rindu. Aku sangat keberatan untuk ikut berangkat, bagaimana nanti orang-orang rindu dengan kemerduan kicauanku bila aku harus meninggalkan mereka. Bagaimana mungkin aku dapat berpisah dari kembang-kembang mekarku ?” demikian alasan burung Kenari.
Selanjutnya, burung Merak berkata, “Dulu aku hidup di syurga bersama Adam, lantas aku diusir dari syurga, rasanya aku ingin kembali ke tempat tinggalku lagi. Karena itu, aku tidak mau ikut dalam rombongan.”
Kemudian disusul oleh Itik, “Aku sudah biasa hidup dalam kesucian, dan aku juga terbiasa berenang di tempat yang kering kerontang. Aku tidak mungkin hidup tanpa air,” kilah Itik.
Begitu juga burung Garuda, “Saya sudah biasa hidup senang di gunung, bagaimana mungkin aku sanggup meninggalkan tempatku yang menyenangkan”, alasan Garuda.
Kemudian disusul burung Gelatik, “Aku hanya seekor burung kecil, dan lemah, takkan mungkin sanggup ikut mengembara sejauh itu,” kata burung Gelatik.
Lantas burung Elang ikut menyahut, “Semua orang sudah tahu kedudukanku yang tinggi ini, maka tidak mungkin aku meninggalkan tempat dan kedudukan yang mulia ini, ” kata burung Elang.
Burung Hudhud sebagai pemimpin sangat bijak dan sabar mendengar semua keluhan dan alasan burung-burung yang enggan berangkat. Namun demikian, burung Hudhud tetap bersemangat memberikan dorongan dan motivasi kepada mereka. “Kenapa kalian harus berberlindung di balik dalil-dalil nafsumu, sehingga semangatmu yang sudah membara menjadi padam? Padahal kalian tahu bahwa perjalanan menuju istana Simurgh adalah perjalanan suci, kenapa harus takut dan bimbang dengan prasangka yang ada pada dirimu?” ucap Hudhud.
Kemudian ada seekor burung menyela, “Dengan cara apa kita bisa sampai ke tempat Maharaja Simurgh yang jauh dan sulit itu? “Dengan bekal himmah (semangat) yang tinggi, kemauan yang kuat, dan tabah menghadapi segala cobaan dan rintangan. Bagi orang yang rindu, seperti apapun cobaan akan dihadapi, dan seberapa pun rintangan akan dilewati. Perlu diketahui bahwa Maharaja Simurg sudah jelas dan dekat, laksana matahari dengan cahayanya,” jawab Hudhud meyakinkan. Sabarlah, bertawakkallah, karena bila kalian telah sanggup menempuh perjalanan itu, kalian akan tetap berada dalam jalan yang benar,·demikian lanjut Hudhud.
Setelah itu, bangkitlah semangat burung-burung seolah-olah baru saja mendapatkan kekuatan baru untuk terus melangkah menuju istana Simurg. Akhirnya, burung-burung yang berjumlah ribuan sepakat untuk berangkat bersama-sama tanpa satupun yang tertinggal.
Perjalanan panjang telah dimulai, perbekalan telah disiapkan. Burung Hudhud yang didaulat menjadi pemimpin mereka telah mengatur persiapan, dengan membagi rombongan menjadi beberapa kelompok. Setelah perjalanan cukup lama menembus lorong-lorong waktu, kegelisahan mulai datang menimpa mereka. “Mengapa perjalanan sudah lama dan jauh, kok tidak sampai-sampai?” guman mereka di dalam hati. Mulailah mereka dihinggapi rasa malas karena menganggap perjalanan terlalu lama, mereka bosan karena tidak lekas sampai. Perasaan mereka diliputi keraguan dan kebimbangan. Kemudian sebagian burung ada yang memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan.
Namun burung-burung lain yang masih memiliki stamina kuat dan himmah yang tinggi tidak menghiraukan penderitaan yang mereka alami, dan melanjutkan perjalanan yang maha panjang itu.
Tiba-tiba rintangan datang kembali, terpaan angin yang sangat kencang menerpa mereka sehingga membuat bulu-bulu indah yang dibanggakan berguguran. Kegagahan burung-burung perkasa pun mulai pudar. Kedudukan dan pangkat yang tinggi sudah tidak terpikirkan. Berbagai macam penyakit mulai menyerang mereka, kian lengkaplah penderitaan yang dirasakan oleh para burung tersebut. Badan mereka kurus kering, penyakit datang silih berganti membuat mereka makin tidak berdaya. Semua atribut duniawi yang dulu disandang dan dibanggakan, sekarang tanggal tanpa sisa, yang ada hanyalah totalitas kepasrahan dalam ketidak berdayaan. Mereka hanyut dalam samudera iradatullah dan tenggelam dalam gelombang fana’.
Pada akhirnya Cuma sedikit dari mereka yang benar-benar sampai ke tempat yang teramat mulia dimana Simurg membangun mahligainya. Dari ribuan burung yang pergi, tinggal 30 ekor yang masih bertahan dan akhirnya sampai di gerbang istana Simurgh. Namun kondisi mereka sangat memprihatinkan, tampak gurat-gurat kelelahan di wajah mereka. Bahkan bulu-bulu yang menempel di tubuh mereka rontok tak bersisa. Di sini terlihat, meski mereka berasal dari latar belakang berbeda, namun pada proses puncak pencapaian spiritual adalah sama, yaitu dalam kondisi telanjang bulat dan lepas dari pakaian basyariyah.
Kemudian di depan gerbang istana mereka beristirahat sejenak sambil mengatur nafas. Tiba-tiba datang penjaga istana menghampiri mereka, “Apa tujuan kalian susah payah datang ke istana Simurgh?” kata penjaga istana. Serentak mereka menjawab, “Saya datang untuk menghadap Maharaja Simurg, berilah kami kesempatan untuk bertemu dengannya.”
Tanpa diduga, terdengar suara sayup-sayup menyapa mereka dari dalam istana, “Salaamun qaulam min rabbir rahiim” sembari mempersilahkan mereka masuk ke dalam. Lalu mereka masuk secara bersama-sama. Kemudian terbukalah kelambu hijab satu demi satu yang berjumlah ribuan. Mata mereka terbelalak memandang keindahan yang amat mempesona, keindahan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya, keindahan yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Tatkala seluruh hijab tersingkap, ternyata yang dijumpai adalah wujud dirinya. Burung-burung pun saling bertanya dan terkagum-kagum, “Lho kok aku sudah ada disini?” begitu guman mereka dalam hati. Seolah-olah mereka berada di depan cermin sehingga yang ada adalah wujud dirinya. Maka datanglah suara lembut menjawabnya, “Mahligai Simurgh ibarat cermin, maka siapapun yang sampai pada mahligai ini, tidak akan melihat wujud selain wujud diri sendiri. Perjumpaan ini di luar angan dan pikirmu, dan juga tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, namun hanya dapat dirasakan dengan rasa. Karena itu, engkau harus keluar dari dalam dirimu sehingga engkau menjadi sosok pribadi Insan Kamil.”
Akhirnya, mereka memahami hakikat dirinya, setelah melewati tahapan fana’ billah hingga mencapai puncak baqa’ billah. Maka hilanglah sifat-sifat kehambaan dan kekal dalam ketuhanan.
____________________________________________________________________________________________________
Baca Juga:
Dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar