Jumat, 26 Agustus 2016

Sungai Berkeramik di Desa Sawai, Maluku, Indonesia

Desa Sawai adalah desa yang sangat unik dan memiliki banyak sekali daya tarik. Desa Sawai terletak di Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tenggara. Dengan luas sekitar 15 hektar dan penduduk sekitar 4.000 jiwa, desa ini memiliki potensi alam yang lengkap. Jika ingin menikmati laut dan terumbu karang, kita bisa langsung melompat dari depan kamar. Jika ingin merasakan tantangan, bisa trekking ke Bukit Bendera untuk menikmati panorama Sawai dan pulau-pulau sekitarnya dari ketinggian.


Desa Sawai dilihat dari jalan menuju puncak Bukit Bendera

Selain itu, Sawai juga merupakan desa penyangga bagi Taman Nasional Manusela yang memiliki luas 189.000 hektar. Karena merupakan taman nasional, hutan beserta satwa di area ini tentu saja dilindungi kelestariannya. Warga Sawai pun tidak pernah mengambil kayu dari kawasan ini.

Mayoritas penduduk Desa Sawai adalah nelayan yang menggantungkan hidupnya dengan mencari ikan. Biasanya mereka mencari ikan tidak hanya dengan cara memancing, namun juga menggunakan sebuah tradisi yang bernama Kalawai. Kalawai adalah cara menangkap ikan dengan menggunakan tombak khusus yang umumnya dilakukan pada malam hari. Selain nelayan, para penduduk Desa Sawai juga banyak yang berkebun di wilayah sekitar desa. Adapun hasil perkebunan mereka adalah Palawija dan buah-buahan.

Yang menyita perhatian di desa Sawai adalah sebuah sungai kecil. Sungai tersebut memang kecil, namun digunakan untuk banyak aktifitas seperti mencuci bahkan mandi dan gosok gigi. Yang menarik adalah bagian pinggir sungai yang berbatas langsung dengan perumahan warga ini telah dipercantik dengan ubin keramik sehingga sekilas mirip dengan miniatur sungai di Venezia, Italia.


Sungai yang lebih mirip kolam renang ini merupakan sumber air bersih di Desa Sawai, yang berasal dari bebatuan di bawah tebing yang berbatasan dengan hutan.


Banyak anak kecil yang bermain air di tempat ini, sedangkan ibu mereka mencuci beras, baju dan berbagai perabot rumah tangga. Rupanya, sumber air bersih ini merupakan pusat kehidupan desa Sawai yang sudah menghidupi desa ini sejak dahulu kala. Warga desa sangat menghormati keberadaan mata air ini dan mereka menggunakan sumber air ini secara bertanggung jawab dan bersama-sama.





Desa Sawai konon merupakan desa tertua di seluruh daratan Maluku. Bicara mengenai tuanya desa Sawai tidak lepas dari asal muasal terbentuknya desa untuk pertama kali. Memang tidak ada literatur resmi yang menyebutkan tahun pasti desa ini terbentuk, namun masyarakat setempat mengatakan bahwa Desa Sawai pertama kali dibangun oleh para pedagang Arab yang datang ke pulau Seram jauh sebelum masa Spanyol, Portugis, bahkan Belanda datang ke Seram untuk memonopoli rempah-rempah. Oleh sebab itu, tidak heran bila budaya masyarakat Desa Sawai juga banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan Arab seperti musik gambus, baju gamis, bahkan banyak warga desa yang memiliki hidung mancung dan wajah seperti orang Arab.


Di tengah desa dapat dijumpai satu Mesjid besar yang menjadi pusat ibadah seluruh warga desa. Keberadaan Mesjid ini menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Sawai beragama Islam dan hal ini semakin meyakinkan bahwa sejarah nenek moyang penduduk Sawai yang berasal dari Arab. Rumah-rumah di Desa Sawai pun tampak berbeda dari desa modern pada umumnya. Perpaduan arsitektur Mediterania dan Eropa tampak menonjol pada bangunan rumah-rumah penduduk Sawai. Namun, sayangnya keunikan ini kurang dijaga sehingga banyak bangunan yang sudah terlihat usang.

Desa Sawai dilihat dari atas

Dermaga Sawai

Jernihnya air laut Sawai hingga karang-karang di kedalaman pun terlihat dari atas


Baca Juga:




Sumber: indonesiakaya.com

Kamis, 25 Agustus 2016

Penemuan Eksoplanet yang Paling Dekat dengan Kita

Kita mungkin telah mendapatkan kesempatan terbaik untuk menemukan kehidupan asing di luar tata surya kita. Sebuah planet berbatu yang mungkin menopang kehidupan telah ditemukan hanya empat tahun cahaya dari Bumi - relatif cukup dekat untuk ditempuh dengan misi ruang angkasa di masa depan.



Planet, dijuluki 'Bumi kedua', berada pada jarak yang tepat dari bintangnya untuk menjadi tuan rumah air cair, yang berarti memiliki potensi kehidupan asing.

Ini adalah planet ekstrasurya paling dekat yang pernah ditemukan, dan para ahli mengatakan misi ke planet ini untuk mencari tanda-tanda kehidupan bisa dilakukan dalam 'rentang hidup kita'

Para astronom telah menemukan bukti yang jelas bahwa bintang terdekat kita, Proxima Centauri, adalah matahari dari sebuah planet yang kemungkinan mirip Bumi. Kelompok peneliti, yang menggunakan teleskop European Southern Observatory (ESO), telah memberi nama planet ini dengan nama Proxima b.

Planet Proxima b terletak di sebelah Proxima Centauri dan Alpha Centauri (ditampilkan di kanan pada diagram)

Ribuan eksoplanets telah ditemukan sebelumnya, tapi tidak seperti yang lain, planet ini dalam jangkauan kita.

Meskipun empat tahun cahaya adalah jauh - lebih dari 25 triliun mil - generasi pesawat ruang angkasa super cepat masa depan diperkirakan dapat melakukan perjalanan ke planet tersebut dalam beberapa dekade mendatang. Lebih jauh di masa depan, planet ini bahkan mungkin dijajah oleh wisatawan ruang angkasa dari Bumi.

Benarkah Proxima b Layak Huni?
Salah satu kemungkinan hambatan bagi kehidupan untuk tumbuh dan berkembang di planet ini adalah cara pelukan bintang induknya.

Proxima b terletak sangat dekat dengan bintangnya, Proxima Centauri. Jaraknya hanya 7,5 juta kilometer. Coba bandingkan dengan jarak Matahari dan Bumi yang mencapai 149 kilometer.

Dengan jarak sedekat itu, salah satu konsekuensinya adalah waktu yang lebih singkat. Manusia bakal merayakan tahun baru setiap 11,2 hari.

Gambaran artis yg menunjukkan Proxima b sedang mengorbit bintangnya Proxima Centauri

Jarak yang dekat juga membuat Proxima b terkunci oleh bintangnya, disebut tidal lock. Hanya satu sisi planet yang menghadap bintangnya, persis seperti Bulan dan Bumi.

Konsekuensinya, akan ada wilayah yang selamanya malam, selamanya siang, dan selamanya mengalami pemandangan seperti senja. Konsep waktu akan berbeda dari di Bumi.

Manusia juga tak akan mengalami musim. Perbedaan cahaya yang diterima dari bintang hanya terjadi karena variasi jarak.

Don Lincoln, fisikawan di Fermilab, dalam tulisannya di CNN, mengatakan bahwa karakter Proxima Centauri sebagai bintang katai merah akan memengaruhi evolusi kehidupan di Proxima b.

Proxima b hanya menerima 0,17 persen sinar yang diterima Bumi dari Matahari. Sinar ada dalam bentuk inframerah dan sinar X. Sinar X yang diterima Proxima b lebih besar dari yang diterima Bumi dari Matahari.

Proxima Centauri juga dikenal dengan "flare star". Pada saat tertentu, bintang itu akan menghasilkan lebih banyak sinar. saat itu, sinar X yang diterima Proxima b bisa 10 kali lipat dari biasanya.

Jika saja ada tumbuhan di Proxima b, maka warnanya tak akan hijau. "Karena sinar bintang redup, kemungkinan besar tumbuhan di sana (bila ada) berwarna hitam," kata Lincoln.

"Cahaya bintang akan menjadi sesuatu yang sangat berharga. Tumbuhan akan berevolusi untuk mengoleksi setiap cahaya yang ada," imbuhnya.

Di atas semua itu, apakah planet Proxima b tersebut memang menjanjikan tempat untuk hidup? Dengan apa yang kita ketahui saat ini, bisa dibilang tidak.

Istilah layak huni tak begitu tepat. Sebab, "habitable" hanya merujuk pada komposisi planet yang berupa batuan serta lokasinya yang ada di goldilocks zone.

Perbandingan ukuran bagaimana Proxima Centauri muncul/terlihat di langit Proxima b, dibandingkan dengan bagaimana matahari terlihat di langit kita di Bumi. Proxima jauh lebih kecil dari matahari, tetapi Proxima b terletak sangat dekat dengan bintangnya.

Guillem Anglada Escude, astronom dari Queen Mary University of London yang memimpin studi, bahkan mengatakan bahwa saat ini bahkan belum diketahui apakah planet itu punya atmosfer.

Atmosfer sangat penting karena keberadaan atmosfer akan menentukan suhu permukaan.

"Temperatur permukaan prakiraannya 30 derajat Celsius kalau punya atmosfer. Kalau tidak memiliki, suhu permukaanya minus 40 derajat Celsius rata-rata," katanya. Untuk bisa mendukung kehidupan, setidaknya harus ada air cair. Jika tak punya atmosfer, maka air cair akan sulit didapatkan.

Namun seperti yang dikatakan Dr Mikko Tuomi, dari Pusat Penelitian Astrofisika di University of Hertfordshire

"Jika Proxima b memiliki atmosfer dan jika ada air di sana, maka akan menarik untuk berpikir bahwa bahan-bahan sederhana seperti air, karbon dioksida, dan bebatuan - yang diperlukan untuk pembentukan siklus biokimia yang kita sebut kehidupan, bisa hadir dan berinteraksi di permukaan planet ini."

Ukuran relatif sejumlah obyek, termasuk tiga anggota dari sistem triple Alpha Centauri dan beberapa bintang lainnya

Butuh waktu (mungkin satu dekade) untuk benar-benar mengetahui apakah Proxima b benar-benar bisa dihuni.




Baca Juga:











Rabu, 03 Agustus 2016

Lava yang Tersenyum di Kawah Pu'u O'o Gunung Kilauea Hawaii

Beberapa waktu lalu, Gunung Kilauea di Hawaii, AS, mengalami erupsi. Lava menyala di kawahnya yang secara alami membentuk senyuman, jadi viral di dunia maya.



Pelancong bernama Mick Kalber yang terbang naik helikopter penyelenggara tur Paradise Helicopters, berhasil merekam momen langka saat erupsi Gunung Kilauea. Momen yang terekam kamera adalah saat lava di kawah gunung yang disebut Pu'u O'o tampak seperti emoji senyum.

Seperti yang dikutip dari detiktravel, Video lava 'tersenyum' itu pun banyak beredar di media sosial seperti Facebook serta Youtube. Dalam video di Youtube yang berdurasi sekitar 5 menit itu tampak helikopter terbang cukup tinggi dari kawah.

Setelah berputar sebentar, tampaklah lava yang bentuknya bagai senyuman dari balik pinggiran kawah. Ada dua titik merah menyala dengan lava yang juga membentuk garis setengah lingkaran di bawahnya. Benar-benar mirip seperti senyuman!

Secara perlahan-lahan lava dari dalam kawah mengalir di lereng gunung. Lalu terus mengalir menuju Samudera Pasifik. Tak jauh dari aliran lava ke samudera itu, tampak pula sekitar 2 kapal yang berlayar. Belum ada informasi pasti apakah kapal itu membawa turis atau tidak.


Lava dari kawah Pu'u O'o akhirnya bisa mencapai lautan untuk pertama kalinya sejak tahun 2013. Rupanya, memang banyak turis yang penasaran ingin melihat langsung momen langka aliran lava yang mengalir ke samudera ini.

Aktivitas melihat lava tersebut sebenarnya tidak terlalu disarankan karena berisiko. Pihak US Geological Survey sudah memperingati turis terkait berbagai bahayanya, seperti iritasi mata, kulit dan paru-paru karena terkena partikel vukanik.




Baca Juga: